HEPAR
kelompok III
Nina Novita Rayi Saraswati (A102.08.044)
Putri Rhosyta Dhamayanti (A102.08.048)
Septyani Wilda Rahmawati (A102.08.057)
A.
Anatomi
Hepar
Hati merupakan kelenjar terbesar di
tubuh, berwarna coklat dan beratnya sekitar 1 – 2,3 kg atau lebih 25% berat
badan orang dewasa. Letaknya di bagian atas rongga abdomen di sebelah kanan
bawah diafragma yang menempati bagian terbesar regio hipokondriak. Batas atas
hati berada sejajar dengan ruangan interkostal V kanan dan batas bawah
menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri.
Hati terbagi dalam dua belahan utama,
kanan dan kiri. Permukaan atas berbentuk cembung dan terletak di bawah
diafragma; permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan, fisura transfersus. Permukaannya
dilintasi berbagai pembuluh darah yang masuk-keluar hati. Fisura longitudinal memisahkan belahan kanan dan kiri di permukaan
bawah, sedangkan ligamen falsiformis
melakukan hal yang sama di permukaan atas hati. Selanjutnya hati dibagi dalam
empat belahan (kanan, kiri, kaudata, dan kuadrata). Dan setiap belahan atau
lobus terdiri atas lobulus. Lobulus ini berbentuk polihedral (segibanyak) dan
terdiri atas sel hati berbentuk kubus dan cabang-cabang pembuluh darah diikat
bersama oleh jaringan hati.
Hati tersusun menjadi unit-unit
fungsional yang dikenal sebagi lobulus yaitu susunan heksagonal jaringan yang
mengelilingi sebuah vena sentral, didalam hati manusia terdapat 50.000-100.000
lobuli dengan panjang beberapa millimeter dan garis tengah 0,8 sampai 2 mm.
Lobules hati dibentuk di sekitar vena sentralis yang bermuara ke dalam
vena hepatica dan kemudian kedalam vena cava.
Lobules itu sendiri terutama terdiri dari banyak sel hati yang memancar
secara sentrifugal dari vena sentralis seperti jeruji roda. Setiap lempeng hati
biasanya setebal dua sel, dan antara sel-sel yang berdekatan terletak kanalikuli empedu kecil yang bermuara ke dalam saluran empedu terminal yang terdapat pada septa antara lobules
hati yang berdekatan.
Dalam septa juga terdapat venula porta yang menerima darah dari
vena porta. Dari venula ini darah mengalir ke dalam sinusoid hati yang rata dan
bercabang-cabang yang terletak antara lempeng-lempeng hati, dan kemudian masuk
vena sentralis. Jadi sel-sel hati berhubungan terus menerus
dengan darah vena porta.
Selain venula porta, arteriol hepatic juga terdapat pada
septa interlobularis. Arteriol ini mensuplai darah arterial ke jaringan septa
dan banyak arteriol kecil juga bermuara langsung pada sinusoid hati, paling
sering bermuara ke dalam sinusoid sekitar satu per tiga jarak dari septa
interlobularis.
Sinusoid vena dibatasi oleh dua jenis yaitu
sel endotel dan sel kupffer besar, yang merupakan sel retikuloendotel yang mampu
mengfagositosis bakteri dan benda asing lain dalam darah. Endotel yang
membatasi sinusoid vena mempunyai pori yang sngat besar, sebagian diantaranya
hampir bergaris tengah 1 mikron. Di bawah pembatas ini, antara sel endotel dan
sel hati, terdapat celah sempit yang disebut celah disse. Karena pori yang besar pada endotel, zat-zat yang
terdapat dalam plasma bergerak dengan bebas masuk celah disse. Malahan sebagian
besar protein plasma berdifusi secara bebas masuk celah ini.
Pada septa interlobularis juga terdapat
banyak ujung-ujung pembuuh limfe sehingga cairan yang berlebihan dalam celah
ini dibuang melalui pembuluh limfe.
Hepar mempunyai dua facies (permukaan)
yaitu Facies diaphragmatika, dan facies
visceralis hepatis. Facies diaphragmatica (sisi yang berhadapan dengan
diaphragma) pada facies anteriornya (sisi depan facies diaphragmatica) terdiri
dari margo anterior hepatis dan perlekatan ligamentum falciforme hepatis,
sedangkan pada facies superiornya (sisi atas facies diaphragmatica) terdapat
impressio cardiaca dan pars affixa hepatis (bare area). Facies visceralis
hepatis (sisi yang menghadap organ intraperitoneal) memiliki facies posterior
yang pada facies itu terdapat pars affixa hepatis, fossa vena cavae, impressio
suprarenalis, ligamentum hepatogastricum, impressio oesophagea. Pada facies
inferiornya terdapat impressio colica, impressio renalis, impressio duodenalis,
fossa vesicae felleae, dan fossa venae umbilicalis.
lobulus hati |
B.
Vascularisasi Hepar
Arteri hepatica, yang keluar dari aorta
dan memberikan 80% darahnya kepada hati, darah ini mempunyai kejenuhan oksigen
95-100% masuk ke hati akan membentuk jaringan kapiler setelah bertemu dengan
kapiler vena, akhirnya keluar sebagai vena hepatica. Vena hepatica
mengembalikan darah dari hati ke vena kava inferior. Di dalam vena hepatica
tidak terdapat katup.
Vena porta yang terbentuk dari vena
lienalis dan vena mesenterika superior, mengantarkan 20% darahnya ke hati,
darah ini mempunyai kejenuhan oksigen hanya 70 % sebab beberapa O2 telah
diambil oleh limpa dan usus. Darah berasal dari vena porta bersentuhan erat
dengan sel hati dan setiap lobulus disaluri oleh sebuah pembuluh sinusoid atau
kapiler hepatica. Pembuluh darah halus berjalan di antara lobulus hati disebut
vena interlobular.
Di dalam hati, vena porta membawa darah
yang kaya dengan bahan makanan dari saluran cerna, dan arteri hepatica membawa
darah yang kaya oksigen dari system arteri. Arteri dan vena hepatica ini
bercabang menjadi pembuluh-pembuluh yang lebih kecil membentuk jarring kapiler
diantara sel-sel hati yang membentuk lamina hepatica. Jaringan kapiler ini
kemudian mengalir ke dalam vena kecil di bagian tengah masing-masing lobulus,
yang menyuplai vena hepatic. Pembuluh-pembuluh ini membawa darah dari kapiler
portal dan darah yang mengalami dioksigenasi yang telah dibawa ke hati oleh
arteri hepatica sebagai darah yang telah dioksigenasi.
Selain vena porta, juga ditemukan
arteriol hepar didalam septum interlobularis. Arteriol ini menyuplai darah dari
arteri ke jaringan jaringan septum diantara lobules yang berdekatan, dan banyak
arteriol kecil mengalir langsung ke sinusoid hati, paling sering pada sepertiga
jarak ke septum interlobularis.
C.
Persyarafan Hepar
Diurus oleh system simpatis dan
parasimpatis. Saraf-saraf itu mencapai hepar melalui flexus hepaticus, sebagian
besar melalui flexus coeliaci, yang juga menerima cabang-cabang dari nervus vagus
kanan dan kiri serta dari nervus phrenicus kanan.
D.
Fungsi Hepar
1. Metabolisme
a. Metabolisme
Karbohidrat
Pada metabolisme karbohidrat, hati
melakukan fungsi spesifik berikut:
1) Menyimpan
glikogen
2) Perubahan
galaktosa menjadi glukosa
3) Glukoneogenesis
4) Pembentukan
banyak senyawa kimia yang penting dari hasil antara metabolisme karbohidrat.
Hati khususnya penting untuk
mempertahankan konsentrasi glukosa darah normal. Misalnya, cadangan glikogen
memungkinkan hati membuang kelebihan glukosa dari darah, menyimpannya, dan
kemudian mengembalikannya ke darah bila konsentrasi glukosa darah mulai turun
terlalu rendah. Hal ini dinamakan fungsi
dapar glukosa hati. Sebagai contoh, segera setelah makan yang mengandung
banyak karbohidrat, konsentrasi glukosa darah meningkat sekitar tiga kali pada
orang dengan hati yang tidak berfungsi dibandingkan pada orang dengan hati
normal.
Glukoneogenesis
dalam hati juga berkenaan dengan mempertahankan
konsentrasi glukosa darah normal, karena glukoneogenesis hanya terjadi dalam
arti yang bermakna bila konsentrasi glukosa mulai turun di bawah normal. Pada
kasus seperti ini sejumlah besar asam amino di ubah menjadi glukosa, karena
itu, membantu mempertahankan konsentrasi glukosa darah yang relative normal.
b. Metabolisme
Lemak
Walaupun metabolisme
dapat berlangsung pada hampir semua sel tubuh, aspek tertentu metabolism lemak
terjadi jauh lebih cepat dalam hati daripada dalam sel lain. Beberapa fungsi
spesifik hati pada metabolisme lemak adalah
1) Kecepatan
beta oksidasi asam lemak dan pembentukan asam aseto asetat yang sangat tinggi
2) Pembentukan
lipoprotein
3) Pembentukan
kolesterol dan fosfo lipid dalam jumlah besar
4) Perubahan
karbohidrat dan protein dalam jumlah besar menjadi lemak.
Untuk memperoleh
energy dari lemak netral, lemak pertama-tama dipecah menjadi gliserol dan asam
lemak, kemudian asam lemak dipecah dengan beta
oksidasi menjadi radikal dua karbon asetil yang membentuk asetil koenzim A
(asetil koA). Zat ini selanjutnya dapat masuk siklus asam trikarboksilat dan
dioksidasi untuk mengeluarkan energy dalam jumlah besar. Beta oksidasi mungkin
dapat berlangsung pada semua sel tubuh, tetapi terjadi dengan cepat pada sel
hati dibandingkan dengan sel lain dimana banyak permulaan oksidasi asam lemak
dalam tubuh terjadi dalam hati. Namun hati sendiri tidak dapat menggunakan
seluruh asetik koA yang dibentuk, sebagai gantinya, asetik koA diubah dengan
kondensasi dua molekul asetik koA menjadi asam asetoasetat, yang merupakan asam
yang sangat larut yang keluar dari sel hati masuk cairan ekstrasel dan kemudian
ditranspor ke seluruh tubuh dan di absorbs oleh jarigan lain. Jaringan ini
selanjutnya mengubah kembali asam asetoasetat menjadi asetil koA dan kemudian
dioksidasi dengan cara yang biasa. Oleh karena itu, dengan jalan ini, hati
bertanggung jawab akan sebagian besar metabolism lemak.
Kecuali
digunakan kolesterol untuk membentuk garam empedu, fungsi kolesterol dan
fosfolipid yang dibentuk dalam hati tetap meragukan. Sekitar 80% kolesterol
diubah menjadi garam empedu, tetapi sisanya masuk darah untuk ditranspor
terutama pada lipoprotein. Fosfolipid lesitin terutama juga ditranspor dalam
lipoprotein. Mungkin bahwa kedua zat tersebut, bersama dengan fraksi
trigliserida lipoprotein, diabsorbsi oleh sel-sel tubuh untuk membantu
membentuk membran sel dan struktur intrasel, karena telah diketahui bahwa
sebagian besar struktur membran diseluruh tubuh sebagian besar mengandung
kolesterol, fosfolipid, dan trigliserida.
Sebagian besar
sintesis lemak dalam tubuh dari karbohidrat dan protein juga terjadi dalam
hati, ia ditranspor dalam lipoprotein ke jaringan adipose untuk disimpan.
c. Metabolisme
Protein
Walaupun
sebagian besar proses metabolisme karbohidrat dan lemak terjadi dalam hati,
tubuh mungkin dapat melepaskn fungsi hati ini dan tetap hidup. Sebaliknya,
tubuh tidak dapat melepaskan peranan hati dalam metabolisme protein selama
lebih dari beberapa hari tanpa menimbulkan kematian. Fungsi terpenting hati
pada metabolisme protein adalah:
1) Deaminasi
asam amino
2) Pembentukan
urea untuk pembuatan ammonia dari cairan tubuh
3) Pembentukan
protein plasma
4) Interkonversi
berbagai asam amino dan senyawa lain yang penting pada proses metabolism tubuh.
Deaminasi asam
amino diperlukan sebelum asam amino dapat digunakan untuk energi atau sebelum
mereka dapat diubah menjadi karbohidrat atau lemak. Sejumlah kecil deaminasi
dapat terjadi dalam jaringan lain tubuh, khususnya dalam ginjal, tetapi
presentase deaminasi yang terjadi ekstrahepatik demikian kecil sehingga hampir
tidak penting sama sekali.
Pembentukan urea
oleh hati membuang ammonia dari cairan tubuh. Sejumlah moderat ammonia secara
terus menerus dibentuk dalam usus oleh bakteri dan kemudian diabsorbsi masuk
darah, oleh karena itu, tanpa fungsi hati ini, konsentrasi ammonia plasma
meningkat dengan cepat dan mengakibatkan koma
hepatikum dan kematian. Memeng, setiap kegagalan porta untuk mengalir ke
hati – seperti yang kadang-kadang terjadi bila timbul shunt antara vena porta
dan vena cava – juga dapat menyebabkan ammonia berlebihan dalam darah, suatu
keadaan yang jelas toksik.
Pada hakekatnya
semua protein plasma, dengan keeualian sebagian gamma globulin, di bentuk oleh sel
hati. Hal ini merupakan lebih dari 85% seluruh protein plasma. Gamma globulin
sisanya merupakan zat imun yang terutama dibentuk oleh sel plasma dalam
jaringan limfoid tubuh. Hati dapat membentuk protein plasma dengankecepatan
maksimal 50-100 gram per hari. Oleh karena itu, setelah kehilangan separuh
protein plasma dari tubuh, kehilangan ini dapat diganti kira-kira dalam empat
sampai tujuh hari. Yang menarik adalah bahwa penurunan protein plasma
menyebabkan mitosis sel hati dengan cepat dan ukuran hati menjadi lebih besar,
efek ini desertai dengan pengeluaran protein plasma yang cepat sampai
konsentrasi plasma kembali normal.
Diantara fungsi
terpenting hati adalah kemampuan untuk mensintesis senyawa-senyawa kimia
penting lain dari asam amino. Misalnya, apa yang dinamakan asam amino
nonesensial dapat disintesis dalam hati. Untuk melakukan ini, asam keto yang
mempunyai susunan kimia yang sama (kecuali pada oksigen keto) seperti susunan
kimia asam amino dibentuk pada permukaan sintesis. Kemudian radikal amino
dipindahkan melalui beberapa tingkat transaminasi
dari asam amino yang tersedia ke asam keto untuk menggantikan oksigen keto.
2. Pemecahan
eritrosit dan pertahanan tubuh terhadap mikroba
Hal ini disebabkan oleh adanya sel kupfer yang
berada pada sinusoid. Membentuk dan menghancurkan sel-sel darah merah selama 6
bulan masa kehidupan fetus yang kemudian diambil alih oleh sumsum tulang
belakang.
3. Detoksifikasi
obat dan zat berbahaya
Hal ini meliputi etanol dan toksin yang dihasilkan
mikroba.
4. Inaktifasi
hormone
Hal ini meliputi hormone insulin, glucagon,
kortisol, aldosteron, hormone seks, dan hormone tiroid.
5. Produksi
panas
Hal ini menggunaka banyak energy, memiliki laju
metabolic dan menghasilkan panas. Hati merupakan organ penghasil panas utama.
6. Sekresi
empedu
Hepatosit mensintesis empedu dari darah dan arteri
yang ercampur di sinusoid. Sekresi ini meliputi garam empedu, pigmen empedu,
dan kolesterol.
7. Menyimpan
cadangan
Hepatosit menyimpan glikogen, vitamin yang larut
dalam lemak (A,D,E,K) yang disimpan sebagai feritin (suatu protein yang
mengandung zat besi dan dapat dilepaskan apabila zat besi diperlukan), zat
besi, dan kuprum, serta beberapa vitamin yang larut dalam air (vitamin B12).
Mengubah zat makanan yang diabsorbsi dari usus
dandisimpan di suatu tempat dalam tubuh, dikeluarkan nya sesuai dengan
pemakaian dalam jaringan.
E.
Empedu
(Vesica Biliaris)
1.
Anatomi Fisiologi Sekresi Empedu
1) Saluran
empedu
Ductus hepatica
kiri dan kanan bergabung membentuk duktus hepatica komunis tepat diluar fisura
porta. Sekitar 3 cm kebawah dari ductus hepatica, duktus hepatica bergabung
dengan duktus sistikus dari kandung empedu. Duktus sistikus dan dan hepatica
bergabung membentuk duktus biliaris komunis yang melewati di bagian belakang
epala pancreas. Duktus ini disatukan oleh duktus pancreatic utama di ampula
hepato-pancreatik dan pintu yang menghubungkan duktus dengan duodenoum yang
dikendalikan oleh sfingter hepatopankreatik (oddi). Panjang duktus biliaris
komunis sekitar 7,5 cm dandiameterna sekitra 6mm.
Dinding duktus
biliaris memiliki lapisan jaringan yang sama seperti struktur dasar saluran
cerna lainnya. Pada duktus sistikus membrane mukosa yang melapisi tersusun
dalam lipatan sirkular yang tidak beraturan dan emiliki efek katup spiral.
Empedu melalui duktus sistkus sebanyak dua kali – satu kali saat perjalanannya
ke kandung empedu dan kembali lagi saat empedu dikeluarkan dari kandung empedu
ke duktus biliaris komunis dan kemudian ke duodenum.
2) Kandung
empedu
Merupakan sakus
(kantong) yang berbentuk buah pir dan melekat pada permukaan posterior hati
oleh jaringan ikat. Kandung empedu memilikifundus atau ujung yang memanjang,
badan atau bagian utama, dan leher yang bersambung dengan duktus sistikus.
Kandung empedu
memiliki lapisan jaringan seperti struktur dasar saluran cerna dengan beberapa
modifikasi. Peritoneum hanya menutupi permukaan inferior. Kandung empedu
berhubungan dengan permukaan posterior lobus kanan hati dan dilekatkan oleh
peritoneum viscera hati. Lapisan otot terdaat tambahan lapisan sert otot obliq.
Membran mukosa
menunjukkan rugae berukuran kecil saat kandung empedu kosong, tetapi akan
menghilang saat kandung empedu mengalami distensi dan berisi empedu.
Arteri sistikus,
cabang dari arteri hepatika, memperdarahi kandung empedu. Darah vena yang
keluar dari kandung emepdu adalah vena sistikus yang bergabung dengan vena
porta.
Fungsi kandung
empedu adalah sebagai reservoir empedu, memekatkan empedu dengan 10 atau 15
lipatan yang mengabsorpsi air melalui dinding kandung empedu dan melepaskan
empedu yag disimpan.
Saat dinding
kandung empedu berkontraksi, empedu mengalir melalui duktus biliaris menuju
duodenum. Kontraksi distimulasi oleh hormon kolesistokinin (CCK) yang disekresi
oleh duodenum serta adanya kime asam dan lemak di duodenum.
Selama sel hati
secara terus menerus mebentuk secret dalam jumlah kecil yang dinamakan empedu.
Empedu disekresi masuk kanalikuli empedu yang terletak antara sel-sel hati
dalam lempeng hepatic, dan empedu kemudian mengalir menuju ke perifer menuju
septa interlobaris dimana kanalikuli bermuara dalam duktus biliaris
terminalkemudian secara progresif masuk ke duktus yang lebih besar, akhirnya
samai duktus hepatikus dan duktus koledokus, dimana empedu dimasukkan langsung
dalam duodenum atau dibelokkan dalam kantung empedu.
3) Pengosongan
kandung empedu
Dua keadaan yang
dibutuhkan bagi pengosongan empedu:
a) Sfingter
oddi hatus melemas untuk memungkinka empedu mengalir dari duktus duktus
koledokud ke duodenum
b) Kandung
empedu sendiri harusberkontrsksi untuk emberikan kekuatan yang dibutuhkan untuk
menggerakkan empedusepanjang duktus koledokus.
Singkatnya
kantung empedu mengosongkan cadangan empedu pekat kedalam duodenum terutama
akibat rangsangan kolesistokinin. Bila lemak tidak ada dalam makanan kandung
empedu sukar dikosongkan tetapi apabila lemak terdapat dalam jumlah yang cukup
kadang empedu dikosongkan dengan sempurna sekitar 1 jam.
2.
Komposisi empedu
Sel-sel hati membentuk sekitar 0,5 gram
garam empedu setiap hari. Prekusor garam empedu adalah kolesterol yang disuplai
dalam sel hati Selama metabolism lemak dan kemudian diubah menjadi asam kolat
kenodioksikolat dalam jumlah yang kira-kira sama. Asam asam ini kemudian
berikatan dengan glisin dan taurin untuk membentuk asam gliko terkonjugasi dan
asam tauro terkonjugasi.
Asam empedu, asam kolik, dan
kenodioksilat disintesis oleh hepatosit dan kolesterol, yang dikombinasikan
dengan glisin atau taurin, kemudian disekresikan kedalam empedu sebagai garam
natrium atau kalium.
Bilirubin merupakan salah satu produk
hemolisis eritrosit yang dihasilkan oleh sel kupfer di hati dan oleh makrofag
di limpa dan sumsum tulang. Bentuk asli bilirubin tidak dapat larut dalam air
dan dibawa dalam darah untuk berikatan dengan albumin. Didalam hepatosit,
bilirubin terkinjugasi dengan asam glukoronat dan menjadi semakin larut sebelum
di ekskredikan di empedu. Garam empedu
mempunyai dua peranan penting yaitu:
a. Fungsi
emulsifikasi
Empedu
empunai sifat detergent pada partikel-partikel lemak dalam makanan, yang
menurunkan tegangan permukaaan parikel dan memungkinkan agitasi dalamsaluran
cerna untuk memecahkan butir-butir lemak enjadi berukuran kecil.
b. Garam
empedu membantu absorbsi asam lemak, monogliserida, kolesterol, dan lipid lain
dalam saluran cerna membentuk kompleks-kompleks kecil dengan asam lemak dan
monogliserida. Kompleks dinamakan misel dan sangat mudah larut karena muatan
listrik garam empedu.
3.
Ekskesi bilirubin dalam empedu
Bilirubin yang merupakan salah satu
hasil utama dekomposisi hemoglobin.
Bila sel darah merah telah hidup
malamaui masa hidupnya, dan telah terlalu rapuh untuk berada lebih lama dalam
system sirkulasi membrannya akan pecah, dan hemoglobin yang dikeluarkan
difagositosis oleh sel retikuloendotel dseluruh tubuh. Hemoglobin pertama-tama
dipecah menjadi globin , dan hem. Kemudian cincin hem dibuka sehingga terbentuk
rantai kuruh dari empat inti pirol yang merupakan substrat dimana pigmen empedu
dibentuk. Pigmen pertama yang dibentuk adalah biliverdin, tetapi dengan cepat
zat ini direduksi menjadi bilirubin bebas yang lambat laun dikeluarkan dalam plasma.
Bilirubin bebas segera beriatan dengan
albumin plasma dan ditranspor dalam bentuk gabungan keseluruh darah dan cairan
interstisiel. Dalam beberapa jam bilirubin bebas diabsorbsi melalui membrane sel
hati. Bilirubin dilepaskan dari albumin plasma tapi segera berikatan dengan
protein lain (dinamakan protein Y), setelah itu bilirubin berkonjugasi dengan
zat lain
sekitar 80% blirubin berkonjugasi dengan asam glkoronat membentuk bilirubin
glukoronida., 10% lagi berkonjugasi denganzat lain. Lalu bilirubin diekskresi
dengan proses transport aktif masuk kedalam kantung empedu.
4.
Sekresi kolesterol dan pembentukan garam
empedu
Tidak ada fungsi spesifik kolesterol dalam empedu yang
diketahui dan diduga bahwa kolesterol merupaka hasil samping pembentukan dan sekresi garam empedu.
Pada keadaan abnormal kolesterol dapat mengendap
mengakibatkan pembentukan batu empedu. Keadaan yang lain yang dapat menyebabkan
terbentuknya batu empedu adalah:
a. Terlalu
banyak air diabsorbsi dari empedu
b. Terlalu
banyak absorbs garam empedu dan lesitin dari enpedu
c. Terlalu
banyak sekresi kolesterol dalam empedu
d. Peradangan
epitel kandung empedu
Kedua nomor terakhir memerlukan
pengecualian khusus. Jumlah kolesterol dalam empedu ditentukan sebagaian oleh
jumlah lemak yang dimakan orang tersebut, karena sel hati mensinteis kolesterol
sebagai salah satu hasil metabolism lemak dalam tubuh. Oleh karena itu
seseorang yang mendapat diet tinggi lemak selama bertahun-tahun mudah mederita
batu empedu.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton,
C, Arthur. 1983. Buku Teks Fisiologi
Kedokteran Edisi 5 Bagian 2.
Jakarta: EGC
2. Syaifuddin.
1997. Anatomi Fisiologi Edisi 2.
Jakarta: EGC
3. Setiadi.
2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia Edisi
1. Jogjakarta: Graha Ilmu
4. Pearce,
C, Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi
Untuk Paramedis. Jakarta:
PT Gramedia
5. Waugh,
Anne. 2011. Dasar-dasar Anatomi dan
Fisiologi. Jakarta: Salemba
Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar